Seluruh pemain PSS Sleman maupun yang sedang diseleksi
dirasa masih belum ada yang mempunyai catatan VO2 max istimewa. Untuk
meningkatkannya, pelatih menginstruksi pemain untuk menjalani cross
country (lari lintas alam) di bukit atau pantai pada Sabtu (14/12)
mendatang.
Pelatih PSS Sleman Sartono Anwar mengatakan, data hasil tes fisik yang
dilakukan pada Rabu (11/12) pagi di lapangan Universitas Negeri
Yogyakarta (UNY), memang belum diterimanya dari pelatih fisik. Namun,
dari hasil pengamatannya, dia merasa belum cukup puas.
Ketika
nantinya para pemain bermain selama 2 x 45 menit, daya tahan tubuh tidak
akan stabil. Mereka pun pada menit-menit akhir mengalami kelelahan yang
berakibat, permainan tidak maksimal. ''Tidak ada yang istimewa, semua
biasa saja,” kata dia.
Apalagi, beberapa pemain dari klub lokal
Sleman yang beberapa waktu lalu dinyatakan lolos dan bolek ikut seleksi
PSS. ''Untuk lokal jelas berbeda dengan pemain lainnya (pemain lawas
PSS maupun yang dipanggil manajemen). Kan mereka tidak pernah berlatih,
hanya satu minggu sekali. jelas berbeda dengan yang berlatih seminggu
tujuh kali,”tuturnya.
Dalam tes fisik kemarin, diikuti oleh 34
pemain termasuk Saktiawan Sinaga, yang memang sudah dipanggil manajemen
untuk ikut seleksi. Dua pemain tidak bisa ikut tanpa alasan yang jelas.
Yaitu, Steven Anderson Imbiri dan Hendi. ''(Herman) Dzumafo Epandi,
besok baru datang,” ucapnya.
Saktiawan Sinaga, saat ditemui
usai tes fisik mengatakan, dirinya baru tiba di Sleman, pada Selasa
(10/12) siang. Tiga hari sebelumnya memang, dia sudah melakukan
komunikasi dengan manajemen PSS. Namun, karena masih mengikuti turnamen
Piala PSMS di Medan, ia pun
terlambat untuk mengikuti seleksi ini. ''Mungkin, itu alasan Sakti untuk mengikuti seleksi,” ucapnya.
PSS Sleman, menurutnya merupakan tim yang bagus disamping memiliki
suporter yang militan. Bahkan, seharusnya klub yang berjuluk Elang Jawa
ini berkompetisi di Indonesia Super League (ISL). ''Sudah sekelas,”
tuturnya.
Diharapkan, ada suatu hasil yang baik dalam proses
seleksi yang diikutinya tersebut. Memang, saat ini dirinya juga tidak
menampik ada salah satu tim dari ISL yang sedang berkomunikasi dengan
dirinya. Namun, ia lebih merasa tertantang bermain di Divisi Utama
dibandingkan dengan kompetisi yang paling bergengsi tersebut. ''Bukan
masalah persaingan. Di Divisi Utama banyak pemain muda, tapi di ISL
hanya satu dua saja. Itu menjadikan tantangan,” ucapnya.
Pelatih fisik PSS Sleman, Herwin Syahrudin mengatakan, tes VO2Max yang
dilakukan dengan menggunakan tes balke. Yaitu, lari sejauh mungkin dalam
waktu 15 menit. ''Tadi, memutari lapangan sepanjang 400 meter. Kalau
pemain profesional, bisa lebih dari sepuluh putaran,” tuturnya.
Sementara, paling jauh dicatatkan oleh Aang Suparman dengan menempuh
Sembilan putaran 200 meter. Kemudian, pemain lawan PSS, Eko, dengan
Sembilan putaran 110 meter. Di posisi ketiga, ada Satrio dengan Sembilan
putaran 80 meter.
Rata-rata, para pemain memang mempunyai
VO2Max 50 mm per kilogram berat badan per menit. Namun, itu masih harus
ditingkatkan, setidaknya naik lima hingga sepuluh persen. ''Kalau masih
ingin bermain kecepatan dengan tempo tinggi, masih harus ditingkatkan
lagi,” ucapnya.
Dalam waktu dekat, dia pun berencana mencari
tempat, di pantai atau bukit yang memiliki track bagus untuk
meningkatkan VO2 max ini. Penting juga diperhatikan, untuk menjaga agar
daya tahan tubuh stabil, perlu dijaga selama menjalani kompetisi.
Terpisah, Manajer Operasional PSS Sleman Rumadi mengatakan, keluarnya
hasil verifikasi ISL pada hari sebelumnya, tidak mengganggu konsentrasi
pencarian pemainnya. Meski surat yang dilayangkannya ke Persatuan Sepak
Bola Seluruh Indonesia (PSSI) belum ada jawaban, dia
yakin masih ada
celah. ''Tidak usah dirisaukan, itu kan masih sementara. Tidak
berpengaruh juga dengan pencarian pemain,”ucapnya.
#NewsPSS
Sindonews.com